[SIARAN PERS] Kecakapan Digital Indonesia: Smartphone but (Not So) Smart Users? | DIGITAL EXPERT TALKS #2

Google Meet, 30 Juli 2021 – Pandemi covid-19 memaksa akselerasi transformasi digital pada berbagai sektor. Berbagai layanan berbasis digital hadir untuk memenuhi kebutuhan dan memudahkan pengguna. Namun, kenyamanan dan kemudahan yang ditawarkan teknologi tentunya juga menghadirkan tantangan dan risiko. Untuk merespon hal tersebut pada seri Digital Expert Talks #2 CfDS akan mendiskusikan bagaimana kecakapan digital masyarakat Indonesia saat ini. CfDS mengundang Zainuddin Muda Z. Monggilo (Dosen Komunikasi UGM dan Japelidi) selaku pemantik dan beberapa panelis yaitu Semuel A. Pangerapan (Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia), Noudhy Valdryno (Politics and Government Outreach Manager, Indonesia and APAC di Facebook), dan Septiaji Eko Nugroho (Ketua Presidium MAFINDO).
(Source: https://www.youtube.com/watch?v=kX-gdYV_kKU)

Literasi dan Kecakapan Digital sebagai Landasan Smart Users
Semuel A. Pangerapan mengawali presentasinya dengan menyatakan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih sangat rendah. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai gerakan untuk meningkatkan literasi digital di masyarakat, namun hingga 2020 gerakan ini hanya mampu mencakup 200.000 masyarakat. Dapat disimpulkan dengan total pengguna internet di Indonesia sebanyak 196 juta, angka tersebut maish sangat rendah sedangkan menurut Zainuddin Muda Z. Monggilo literasi digital merupakan kunci utama dalam menghadapi transformasi digital. Tidak hanya literasi digital saja yang perlu ditingkatkan, tetapi kecakapan digital juga perlu ditingkatkan. Menurutnya Indonesia memerlukan literasi digital yang konsisten, maka dari itu pemerintah merancangkan 4 pilar kecakapan digital, yaitu: Digital skills, Digital ethic, Digital safety, dan Digital culture. Menutup presentasinya Semuel A. Pangerapan menekankan bahwa “Masyarakat harus memahami literasi digital agar mampu mengkurasi informasi yang mungkin dapat menyesatkan mereka sendiri.” Dan ditambahkan oleh Zainuddin Muda Z. Monggilo yang mengingatkan masyarakat agar “Jangan berhenti belajar, karena dengan terus belajar kita akan selalu menjadi orang yang baru dan membuat kita menjadi orang yang terbuka”.

Meningkatkan Literasi dan Kecakapan Digital
Pada masa pandemi luberan informasi sangat tidak bisa dibendung. Menurut Septiaji Eko Nugroho keadaan ini memberikan ruang beredarnya hoax yang kerap kali menakut-nakuti masyarakat sehingga menimbulkan banyak konflik. Sebelum menutup presentasinya beliau menyampaikan bahwa “Kita sering merasa smart dengan segala tools yang ada di smartphone kita, tetapi kita malah menjadi korban hoax dan tidak menggunakan perangkat tersebut dengan cara yang smart juga.” Selaras dengan presentasi dari Septiaji, Noudhy Valdryno juga menyampaikan bahwa masa pandemi merupakan masa yang sulit bahkan untuk platform sendiri, dikarenakan informasi yang masuk sangat banyak dan sulit untuk divalidasi beritanya. Maka dari itu rekomendasi yang bisa diberikan oleh Noudhy selaku perwakilan platform yaitu dengan meningkatkan literasi dan kecakapan digital. Noudhy juga berpesan bahwa, “Masa pandemi merupakan masa yang sensitif, maka kita harus mau lebih menahan diri dalam membagikan berita yang berpotensi misinformasi.”

Penulis: Firya Qurratu’ain A.
Penyunting: Ruth Simanjuntak