Urgensi Pengembangan Talenta VR/AR untuk Indonesia Digital yang Cemerlang

Era metaverse sudah di pelupuk mata. Metaverse, sebuah istilah yang mulai jamak didengar publik sejak awal tahun 2022 ini, kerap dipahami oleh banyak orang sebagai “penerus” era internet. Kemunculan dan perkembangan teknologi internet mendorong terjadinya banyak perubahan dalam peradaban manusia. Berkat adanya internet, seseorang yang tinggal di Jakarta bisa berinteraksi secara dalam waktu nyata dengan orang lain yang berada di Roma dengan bertukar pesan teks, gambar, suara, dan video. Kemudahan berkomunikasi yang disebabkan oleh internet juga mendorong peningkatan produktivitas dan permintaan pasar, sehingga memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian. Signifikansi internet terhadap perekonomian tersirat dalam kajian yang dilakukan oleh CSIS.[i] Dalam kajian tersebut, disebutkan bahwa suatu daerah yang memiliki tingkat penetrasi internet sebesar 50% mengalami pertumbuhan ekonomi 0.4% dibandingkan dengan daerah lain dengan tingkat penetrasi lebih rendah. Dari temuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi konektivitas suatu daerah, semakin tinggi pula laju pertumbuhan ekonominya.

Munculnya teknologi metaverse, diperkirakan akan membawa disrupsi yang besar terhadap kehidupan manusia seperti generasi teknologi sebelumnya. Bila internet hanya dapat menghubungkan manusia dalam tataran 2 dimensi, teknologi metaverse membuka satu set ruang digital yang saling berhubungan dan menciptakan ruang interaksi 3 dimensi yang semakin imersif.  Penggunaan metaverse secara masif akan memungkinkan individu untuk saling  berkolaborasi secara optimal meskipun tidak di ruang fisik yang sama melalui pengalaman XR (extended reality) yang imersif. Ragam interaksi baru yang dimungkinkan oleh metaverse diprediksi akan memberikan dampak yang besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di masa mendatang. Dalam konteks ekonomi misalnya, kajian yang dilakukan oleh Analysis Group  memperkirakan bahwa dalam kurun 10 tahun setelah diadopsi secara massal, metaverse akan memberikan kontribusi sebesar 2.8% pada PDB global. Diprediksi pula bahwa dalam jangka panjang, metaverse memiliki potensi menjadi industri bernilai multi triliun USD.[ii] Hal tersebut dimungkinkan karena trickledown effect metaverse. 

Saat ini perkembangan dan adopsi metaverse masih dalam tahap awal. Masih merujuk pada kajian yang dilakukan oleh Analysis Group, tahapan awal pengembangan metaverse ini sangat krusial karena menyimpan banyak tantangan. Sejauh mana potensi ekonomi metaverse direalisasikan tergantung pada seberapa siap dan prima infrastruktur dan piranti keras yang ada. Setelah persoalan terkait kesiapan infrastruktur, tantangan lain yang perlu untuk dipersiapkan adalah mewujudkan proses adopsi yang masif dengan mulus. Strategi adopsi yang tepat perlu didorong agar teknologi metaverse betul-betul dapat digunakan secara efektif, inovatif, dan memiliki target capaian yang terukur serta realistis. 

Selain kedua tantangan di atas, ada pula tantangan-tantangan yang cenderung khas di setiap negara karena adanya konteks sosial, ekonomi, politik, dan kesiapan digital yang berbeda. Misalnya saja ketika berbicara tentang Indonesia, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dalam upaya transisi ke era baru adalah kurangnya talenta dengan kecakapan digital yang tinggi. Meskipun memiliki populasi penduduk usia muda dan produktif yang tinggi, bahkan salah satu yang terbanyak di dunia, Indonesia kekurangan talenta digital. Setiap tahun Indonesia membutuhkan hingga 600 ribu talenta digital.[iii] Sayangnya, Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan tersebut. karena hanya 100 ribu hingga 200 ribu saja kebutuhan talenta digital yang dapat dipenuhi. Kebutuhan tersebut akan terus meningkat dari tahun ketahun, mengingat pesatnya perkembangan teknologi digital. Menurut perkiraan, hingga tahun 2030 Indonesia diperkirakan membutuhkan adanya 9 juta talenta digital.[iv] Kebutuhan talenta digital yang tidak kunjung terpenuhi ini menghambat keterlibatan Indonesia dalam persaingan global dan kehilangan kesempatan untuk meraup potensi ekonomi digital yang bernilai triliunan rupiah.  

Kebutuhan akan talenta digital yang unggul menjadi semakin genting dengan masuknya dunia ke era metaverse. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, metaverse menawarkan ruang baru bagi individu untuk berkolaborasi melalui pengalaman XR yang dimungkinkan dengan penggunaan teknologi VR (virtual reality) dan AR (augmented reality). Kedua teknologi tersebut menjadi komponen penting, sebagai gerbang menuju metaverse. Sayangnya di Indonesia saat ini selain terbatasnya talenta digital yang fasih menggunakan teknologi tersebut, masih sulit juga ditemukan ruang belajar bagi individu yang tertarik untuk menguasai teknologi VR dan AR. 

Dalam acara Digital Innovation Network sebagai rangkaian dari kegiatan dalam G20 Digital Economy Working Group yang diadakan di Bali pada bulan September tahun ini. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika menegaskan kembali komitmen mereka untuk mendorong tumbuhnya talenta digital di Indonesia. [v]Namun untuk melahirkan talenta digital yang siap menghadapi era metaverse, pemerintah menekankan pe ntingnya kolaborasi lintas sektor untuk memudahkan upaya adopsi teknologi ke masyarakat dengan menciptakan ruang belajar yang terbuka serta dapat diakses oleh masyarakat umum dari berbagai kalangan. 

     Sejalan dengan program pemerintah Indonesia untuk menghasilkan talenta digital yang mumpuni, Meta telah menggelar kompetisi dan pelatihan Metavolution, yang mewadahi para kreator AR Indonesia. Tidak sedikit dari peserta program Metavolution yang mengikuti program tanpa memiliki pengalaman ataupun pendidikan terkait teknologi. Menyusul keberhasilan program Metavolution, tahun ini Meta meluncurkan Akademi Pembelajaran Virtual, sebuah program edukasi yang memfasilitasi calon kreator AR Indonesia. Kolaborasi yang dilakukan antara pemerintah dengan perusahaan teknologi yang memiliki kapasitas teknis seperti Meta tentunya akan semakin mendorong perwujudan talenta yang lebih baik ke depannya. Akan tetapi, upaya kolaborasi ini sepatutnya tidak hanya berhenti di satu pihak saja. Perlu adanya kesadaran bersama yang kuat dari berbagai elemen, termasuk masyarakat, bahwa bahwa mempersiapkan talenta digital masa depan merupakan tanggung jawab yang harus diupayakan bersama-sama secara konsisten agar Indonesia dapat bersaing di level global di era metaverse.

Penulis: Amelinda Pandu Kusumaningtyas
Penyunting: Treviliana Eka Putri


[i] Bella, L. (2021, August 13). Digital technology boosts Indonesia’s economic growth by 1%: CSIS. British Chamber of Commerce in Indonesia. Retrieved September 17, 2022, from https://britcham.or.id/digital-technology-boosts-indonesias-economic-growth-by-1-csis/

[ii] The potential global economic impact of the metaverse. Analysis Group. (n.d.). Retrieved September 17, 2022, from https://www.analysisgroup.com/Insights/publishing/the-potential-global-economic-impact-of-the-metaverse/

[iii] Nugraha, R. M. (2021, October 27). Indonesia in need of 9 million digital talents, says Kominfo. Tempo. Retrieved September 17, 2022, from https://en.tempo.co/read/1521700/indonesia-in-need-of-9-million-digital-talents-says-kominfo

[iv] Rustami, R. (n.d.). Hingga 2030 Indonesia membutuhkan 9 Juta Talenta Digital. www.digination.id. Retrieved September 16, 2022, from https://www.digination.id/read/016630/hingga-2030-indonesia-membutuhkan-9-juta-talenta-digital

[v] Admin. (2022, September 15). Kominfo memberikan Dukungan Pelaksanaan Akademi pembelajaran virtual meta. Kominfo Memberikan Dukungan Pelaksanaan Akademi Pembelajaran Virtual Meta : Center for Digital Society. Retrieved September 17, 2022, from https://cfds.fisipol.ugm.ac.id/id/2022/09/15/kominfo-memberikan-dukungan-pelaksanaan-akademi-pembelajaran-virtual-meta/